Kita dipertemukan kembali. Tiba² saja calon suami mengungkapkan ingin bertemu orang tua saya dan ingin berkomitmen dengan saya lewat pernikahan. Saat menghadapi hal seperti ini antara kaget, bingung, ada senengnya juga, semua campur aduk jadi satu.
Dia ini berbeda dari banyak sisi kehidupanku. Namanya juga baru kenal, banyak yang belum kuketahui ttg nya. Kesukaan kami beda, hobi beda, rencana jumlah anak beda, kebiasaan kami beda, pandangan hidup beda, selera beda. Yang membuatku berpikir utk mau menerimanya adalah, dia sosok yang pantang menyerah, lebih dewasa, menerima kekuranganku yang sejujurnya aku tidak yakin nanti akan diterima oleh keluarga dia. Aku nyaman sama dia. Keluarganya menerima kekuranganku. Semakin nyaman aku berada di keluarga dia.
Maka kuikuti hati utk membuka diri dg calon suamiku.

 Aku yakin..
Apa yang aku tidak bisa, dia bisa. Apa yang aku takuti, dia berani. Apa yang aku tidak punya, dia berusaha memenuhi. Begitu sebailknya. Ternyata perbedaan itu justru mencapai sebuah kesempurnaan.
Akhirnya setelah melalui berbagai hal, pada tanggal 17 Oktober 2022 pada pukul 09.00 WIB kami sah secara agama dan hukum dengan mahar seperangkat alat shalat dibayar tunai. Menikah itu bukan akhir kisah percintaan tetapi awal dari kisah cinta yang sesungguhnya. Namanya bersatunya dua orang yang berbeda pasti tak semudah mempersatukan kedua tangan. Perbedaan pendapat dan cara pandang pasti ada, asal kita mau mendiskusikan dan tidak mendahulukan ego masing-masing masalah bisa diselesaikan bersama. Berbicara menggunakan hati dan mau lebih mengenal kepribadian pasangan.